Selasa, 04 Februari 2014

“RELIGIUSITAS KEHIDUPAN MADRASAH”

"PROPOSAL SKRIPSI"
Judul               : “RELIGIUSITAS KEHIDUPAN MADRASAH”
(Studi Kualitatif Mengenai Guru Dan Siswa Pada MI Muhammadiyah Tempuran Kaloran Temanggung Tahun 2012/2013)
Penulis             : Muhammad Lukman
NIM                : 093911390
Fakultas           : Tarbiyah
Prodi               : PGMI
                         IAIN Walisongo Semarang

A.           Latar Balakang
Madrasah merupakan lembaga yang memotori sebuah pendidikan berbasis agama, dimana output yang diharapkan dari madrasah adalah manusia yang berkarakter tinggi mengenai perilaku positif yang berdasar pada morma-norma agama. Peran madrasah terutama bagi masa saat ini dimana informasi berhak didapatkan oleh semua orang tanpa memandang siapa yang menerima akan penting, dimana benteng dari negatifnya adalah Agama. Maka disinilah letak pentingnya pendidikan di madrasah.
Bermula dari hal tesebut maka sejak awal setiap individu siswa harus disetting agar bisa memperoleh input madrasah yang diharapkan, setidaknya pribadi tersebut mampu memilih mana yang harus diperbuat dan mana yang mesti ditinggalkan. Namun yang sering menjadi permasalahan adalah proses untuk  mencapai hal tersebut sering diabaikan sehingga pribadi yang pernah mengenyam pendidikan di madrasah tetap sama dengan yang mengenyam pendidikan di sekolah umum.
Pendidikan  agama Islam merupakan salah satu pendidikan yang diajarkan di sekolah. Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan siswa terhadap Allah SWT, yang artinya menghayati dan mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari dengan baik, di sisi lain pendidikan Islam mempunyai tujuan yang sejalan dengan misi Islam yaitu mempertinggi nilai-nilai akhlak, sehingga mencapai tingkat akhlakul karimah. Dan sebagai faktor kunci dalam menentukan keberhasilan pendidikan yang menurut pandangan Islam berfungsi menyiapkan manusia-manusia yang mampu menata kehidupan baik di dunia maupun di akhirat.
Dalam hal keagamaan, orang tua juga mempunyai peranan yang sangat penting, bukan hanya sebagai pendidik dan pembimbing saja, tetapi juga sebagai pembina kesiapan anak dalam melaksanakan ajaran-ajaran Islam, oleh karena itu orang tua harus mampu menjadi tauladan bagi putra-putrinya. Menurut Zakiyah Daradjat, bahwa pembentukan sikap, pembinaan moral dan pribadi pada umumnya, terjadi melalui pengalaman sejak kecil. Pendidik atau pembina pertama adalah orang tua, kemudian guru. Semua pengalaman yang dilalui oleh anak waktu kecilnya, akan merupakan unsur penting dalam pribadinya. Sebagaimana kata Ibnu Umar “Bimbinglah putramu karena engkau bertanggung jawab tentang putramu,  adab apa yang engkau tanamkan kepadanya dan ilmu apa yang engkau ajarkan kepadanya”.[1] Dalam AlQur’an Surat An Nisa’ ayat  9, Allah telah menjelaskan dengan jelas yang artinya, “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka keturunan yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka berakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”[2]
Oleh karena itu, sangatlah penting bagi orang tua, (dalam hal ini guru juga termasuk orang tua) dalam memberikan pengetahuan agama sebagai pembinaan kesiapan anak dalam melaksanakan ajaran Islam, melalui aktivitas keagamaan yang tercermin dalam keluarga, karena semua ini akan lebih mudah bagi untuk lebih mengerti, memahami serta menirunya. Di mana dengan aktivitas keagamaan itu dapat memberikan tauladan yang nyata bagi anak, dan ketauladanan orang tua yang tercemin dalam keluarga dan kehidupan sehari-hari lebih baik dari pada sekedar pemberian informasi dalam penanaman nilai-nilai keagamaan.
Kehidupan madrasah yang mestinya sebagai cermin sebuah lingkup masyarakat harus mampu menunjukkan kualitas yang baik. Dimana setiap perilaku dan tata krama siswa kepada siswa, siswa kepada guru dan bahkan guru kepada siswa harus lebih Islami  agar interaksi antar komponen tersebut benar-benar erat menurut morma Islam. Disinilah maka religiusitas pada madrasah perlu dipertanyakan, apakah madrasah tersebut benar-benar mampu mendidik peserta didik dengan baik atau sekedar mengajar seingga transfer ilmu yang terjadi adalah semu belaka karena tidak ada bekas.
Di madrasah sebenarnya memberi tauladan bagi anak didik agar selalu bersikap Islami saat berada disekolah akan membawa dampak selanjutnya bila mereka telah berada dilingkungan rumah bersama orang tua. Tapi hal tersebut dirasa sulit dilakukan sebab berbagai masalah klasik yang menimpa peradaban ini, misalnya bila disebuah sekolah diberlakukan budaya berjabat tangan hanya kepada sesama jenis saja akan terasa ketinggalan jaman, padahal akan banyak manfaat yang dapat diperoleh bila prilaku ini dapat diaplikasikan setiap hari, misalkan pendidikan tentang batasan-batasan yang harus di jaga dan dampaknya negatifnya bila batasan tersebut diabaikan.
Kemudian bila berbicara tentang masalah ini pendidikan “Uswatun Khasanah”  yang diterapkan oleh Rosulullah pada masa awal Islam memang sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Maka Guru disini memainkan peran penting, dimana cerminan guru ada pada muridnya, sebagaimana sifat alami seorang anak yang cenderung mengidolakan sosok guru. Nasehat yang guru berikan disekolah lebih diperhatikan oleh anak dibandingkan dengan nasehat orang tua dirumah. Maka obyek penelitian ini bukan hanya dilakukan pada peserta didik namun juga pada pendidik.
Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan Nasional juga telah memberikan rambu-rambu mengenai religiusitas, yaitu dengan digalakkanya pendidikan karakter yang tertuang dalam setiap pembelajaran dimana Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) harus dilengkapi dengan karakter yang diharapkan pada materi yang akan disampaikan. Kecuali itu melalui peringatan hari pendidian Nasional tahun 2011 Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono telah  mencanangkan gerakan Nasional Membangun Karakter Bangsa. Jadi Religiusitas adalah sangat penting kaitanya dengan karakter setiap individu[3].
Dipilihnya MI Muhammadiyah Tempuran, Kaloran, Temanggung sebagai obyek penelitian dikarenakan sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah berbasis Pendidikan Islam di bawah naungan Departeman Agama. Sebagai sekolah berbasis Pendidikan Islam, siswa dibekali ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai Pendidikan Islam itu sendiri, diantaranya mengenai pendidikan akhlak. MI Muhammadiyah Tempuran, Kaloran, Temanggung merupakan salah satu sekolah yang lebih menekankan pada kurikulum agama dibanding kurikulum pendidikan umum. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan adalah akidah akhlak yang dapat menentukan orientasi yang benar kepada siswa yaitu dalam bertingkah laku dan mendorong mereka untuk berbuat kebajikan serta sebagai pembatas agar mereka tidak melakukan penyimpangan-penyimpangan di bidang akhlak dan moral. Bertitik tolak dari uraian di atas peneliti berusaha untuk mengadakan penelitian lebih jauh tentang : penelitian “Religiusitas Kehidupan Madrasah” Studi kualitatif mengenai guru dan siswa pada MI Muhammadiyah Tempuran Kaloran Temanggung tahun 2012/2013
B.            Rumusan Masalah
Pada penelitian “Religiusitas Kehidupan Madrasah” Studi kualitatif mengenai guru dan siswa pada
MI Muhammadiyah Tempuran Kaloran Temanggung tahun 2012/2013 ini akan menekankan pada :
1.      Bagaimanakah pemahaman guru terhadap prilaku religius pada kehidupan di MI Muhammadiyah Tempuran Kaloran Temanggung Tahun 2012/2013?
2.      Bagaimanakah tindakan guru dalam mempersiapkan siswa menuju religiusitas kehidupan di MI Muhammadiyah Tempuran Kaloran Temanggung tahun 2012/2013?
3.      Bagaimanakah pengembangan strategi pembelajaran tentang  kehidupan yang religius di MI Muhammadiyah Tempuran Kaloran Temanggung tahun 2012/2013?
4.      Bagaimanakah kontrol guru terhadap siswa untuk mempertahankan religiusitas kehidupan di MI Muhammadiyah Tempuran Kaloran Temanggung tahun 2012/2013?

C.           Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.      Tujuan
Penilitian skripsi ini bertujuan untuk :
a.       Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman guru akan pentingnya prilaku baik dan religius di lingkungan Madrasah.
b.       Untuk mengetahui bagaimana  tindakan guru dalam mempersiapkan siswa menuju religiusitas kehidupan di Madrasah maupun di luar Madrasah.
c.       Untuk mengetahui cara guru dalam mengembangkan strategi pembelajaran tentang hidup yang religius pada  siswa di MI Muhammadiyah Tempuran Kaloran Temanggung.
d.      Untuk mengetahui sejauh mana kontrol guru terhadap siswa dalam mempertahankan religiusitas kehidupan di MI Muhammadiyah Tempuran Kaloran Temanggung.
2.      Manfaat
Adapun manfaat penulisan skripsi ini adalah :
a.       Teoritis
Penelitian tentang religiusitas kehidupan di madrasah ini diharapkan mampu membawa dan menambah hal positif  pada khasanah keilmuan, sehingga dampaknya dapat menjadi inspirasi bagi para akademisi untuk mengembangkan metode pembelajaran yang lebih baik di Madrasah Ibtidaiyah ,dan sekolah dasar.   
b.      Praktis
1.        Bagi Guru
Sebagai sarana belajar bagi guru untuk lebih memahami arti dari pendidikan karakter yang sedang dicanangkan oleh pemerintah, sebagai salah satu tindakan yang religius agar interaksi antara guru dan siswa mengenai pendidikan prilaku dapat terjalin karena adanya pengawasan dari pribadi masing-masing yang telah menganggap bahwa kehidupan yang agamis, sesuai dengan ketentuan dan perintah Allah adalah hal yang indah bila dilaksanakan.
2.        Bagi Siswa
Siswa lebih mudah dalam belajar dan dibimbing, karena guru juga melakukan apa yang diajarkan kepada siswanya, sebagaimana sifat alami yang dimiliki seorang anak yaitu kecenderungan untuk meniru. Bila yang sering dilihat adalah perilaku positif maka anak akan menirunya.
3.        Bagi Orangtua
Dengan adanya penelitian ini diharapkan orang tua dapat mengetahui sampai dimana tingkat keberhasilan guru mendidik putra-putrinya dan juga sebagai tolok ukur pendidikan yang berorientasi pada akhlak. Orang tua akan lebih merasa dihormati oleh anak mereka karena unggah ungguh dan prilaku siswa dapat berjalan seperti yang diinginkan. Selain itu tinggkat kepercayaan terhadap lembaga dalam hal ini sekolah, semakin meningkat.

D.           Kajian Pustaka
Berbagai riset sebelumnya telah mengemukakan bahwa religiusitas dilingkungan madrasah memang masih perlu dikaji. Susamto dalam Skripsinya yang berjudul : Upaya Guru Agama Islam Dalam Meningkatkan Religiusitas Pada Siswa Kelas V MIN Patuk Kabupaten Gunungkidul Tahun Pelajaran 2008/2009, menghasilkan temuan bahwa, Pembiasaan kehidupan akan menciptakan suatu kesadaran dan pengertian betapa pentingnya menghargai waktu dan kesempatan. Hasil dari tingkat religius dapat dilihat dari semangat dan kesungguhan siswa di dalam memperhatikan pelajaran dan pendidikannya serta kesadaran dan keaktifan mereka dalam menjalankan aktivitas kesehariannya.[4]
Sementara itu Falasifatul Fallah dan Ekka Nur Maesaroh dalam penelitianya yang berjudul Religiusitas dan Kecemasan Menghadapi UN pada siswa Madrasah Aliyah, menemukan fakta bahwa adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara kecemasan menghadapi UN dengan religiusitas, makin tinggi religiusitas makin rendah kecemasan menghadapi UN, begitu juga sebaliknya, makin rendah religiusitas, maka makin tinggi pula kecemasan menghadapi UN.[5]
Penelitian lain yang dilakukan oleh Najib Amrullah dalam Tesisnya yang berjudul : Religiusitas dan Kecerdasan Emosional dalam kaitanya dengan kinerja guru di MAN 2 Banjarmasin. Diperoleh kesimpulan bahwa ada pengaruh religiusitas terhadap kecerdasan emosional terhadap kinerja guru  MAN 2 Banjarmasin.[6]
Selain itu penelitian tentang Analisis Komparatif Perbedaan Tingkat Religiusitas Siswa di lembaga Pendidikan Pesantren, MAN dan SMUN. yang dilakukan oleh wahyuni Ismail dalam Skripsinya menghasilkan kesimpulan bahwa, ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara tingkat religius siswa yang belajar di Pesantren, MAN, dan SMUN. Siswa yang belajar di lembaga pendidikan pesantren memiliki tingkat religiusitas yang tinggi dibandingkan dengan siswa yang belajar di Nadrasah Aliyah Negeri dan Sekolah Menengah Umum Negeri. Tingkat religiusitas siswa yang belajar di pesantrean, MAN dan SMUN didominasi oleh dimensi pengalaman.
Berbagai penelitian yang disebutkan di atas telah membuktikan bahwa religiusitas sangat mempengaruhi berbagai macam perilaku, terlebih pada kehidupan masyarakat di Madrasah. Sehingga perlu adanya tindak lanjut untuk mengembangkan cara hidup religius dan pembahasan mengenai masalah ini. Selanjutnya penelitian mengenai  “Religiusitas Kehidupan Madrasah”  Studi kualitatif mengenai guru dan siswa pada MI Muhammadiyah Tempuran Kaloran Temanggung tahun 2012/2013 ini bermaksud untuk menggali lebih dalam tentang temuan penelitian di atas serta sebagai kajian atas religiusitas sebagai sarana membentengi diri dari hal negatif dan perilaku menyimpang lainnya.

E.            Kerangka Teoritik
1.         Pemahaman dan pengertian  religius
Istilah religi, berasal dari bahasa latin; religio, bahasa Inggris; religion, bahasa Arab; aldiin atau agama. Religiusitas yaitu kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.[7]  Religiusitas yang matang merupakan faktor yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta didik. Secara substansi religiusitas memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada siswa untuk mempraktekkan nilai-nilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu dengan religiusitas yang cukup pada diri anak akan dapat membentuk kreativitas khususnya pada siswa MI Muhammadiyah Tempuran Kaloran Temanggung tahun 2012/2013.
a.         Konsep religius
Manusia merupakan makhluk holistik, artinya berfungsi sebagai makhlukindividual, social dan religi. Artinya manusia telah memiliki bibit religiusitas dalamalam ruhaniahnya. Seadangkan arti Religiusitas adalah suatu system yang kompleksdari kepercayaan sikap-sikap dan upacara-upacara yang menghubungkan individudengan satu keberadaan atau makhlukyang bersifat ketuhanan.Menurut Glock dan Stark, ada 5 dimensi religiusitas (keagamaan) yaitu:
1)      Dimensi keyakinan (the ideological dimension)
2)      Dimensi praktik agama (the ritualistic dimension)
          Terdiri atas dua kelas penting, yaitu:
a)      Ritual, mengacu kepada seperangkat ritus, tindakan keagamaan formal dan praktik-praktik suci yang semua mengharapkan para pemeluk melaksanakannya.
b)      Ketaatan, apabila aspek ritual dari komitmen sangat formal dan khas publik, semua agama yang dikenal juga mempunyai seperangkat tindakan persembahan dan kontemplasi personal yang relatif spontan, informal dan khas pribadi.
3)      Dimensi pengalaman (the experiencal dimension)
4)      Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)
5)      Dimensi konsekuensi (theconsequential dimension) [8]
Pendapat itu sesuai dengan lima aspek dalam pelaksanaan ajaran agama Islam tentang aspek-aspek religiusitas yaitu aspek Iman sejajar dengan religious belief; aspek Islam sejajar dengan religious practice; aspek Ihsan sejajar dengan religious feeling; aspek Ilmu sejajar dengan religious knowledge; dan aspek Amal sejajar dengan religious effect.
b.        Unsur-unsur religius
Menurut Jalaluddin Rahmat, keberagamaan seseorang terdiri dari lima aspek, yaitu :
1)      Aspek ideologis.
Adalah seperangkat kepercayaan (belief) yang memberikan premis aksistensial.
2)      Aspek ritualistik.
adalah aspek pelaksanaan ritual/ibadah suatu agama.
3)      Aspek eksperiensial.
adalah bersifat afektif : keterlibatan emosional dan sentimental pada pelaksanaan ajaran agama, yang membawa pada religious feeling.
4)      Aspek intelektual.
adalah pengetahuan agama : seberapa jauh tingkat melek agama pengikut agama yang bersangkutan, tingkat ketertarikan penganut agama untuk mempelajari agamanya.
5)      Aspek konsekuensial.
disebut juga aspek sosial. Aspek ini merupakan implementasi sosial dari pelaksanaan ajaran agama sehingga dapat menjelaskan efek ajaran agama terhadap etos kerja, kepedulian, persaudaraan, dan lain sebagainya.
Dua aspek yang pertama tersebut, menurut Rahmat merupakan aspek kognitif keagamaan. Dua yang terakhir merupakan aspek behavioral, dan yang lainnya merupakan aspek afektif keberagaman.[9]
2.         Tindakan masyarakat madrasah (guru dan siswa)
Budaya religius sekolah pada hakekatnya adalah terwujudnya nilai-nilai ajaran agama sebagai tradisi dalam berperilaku dan budaya organisasi yang diikuti oleh seluruh warga sekolah. Dengan menjadikan agama sebagai tradisi dalam sekolah maka secara sadar maupun tidak ketika warga sekolah mengikuti tradisi yang telah tertanam tersebut sebenarnya warga sekolah sudah melakukan ajaran agama.
Oleh karena itu, untuk membudayakan nilai-nilai keberagamaan
(religiusitas) dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
a.       Melalui kebijakan pimpinan sekolah.
b.      Majlis taklim untuk para guru
c.       Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas.
d.      Kegiatan ekstrakurikuler di luar kelas.
e.       Tradisi dan perilaku warga sekolah kontinyu dan konsisten.
 Sehingga dengan hal tersebut akan tercipta religiusitas perilaku siswa dalam lingkungan sekolah.
3.         Implementasi religius terhadap kemajuan madrasah
a.         Pengaruh prilaku religius di madrasah
Saat ini, usaha penanaman nilai-nilai religius dalam rangka mewujudkan religiusitas perilaku siswa di sekolah dihadapkan padaberbaga itantangan baik secara internal maupun eksternal. Secara internal, pendidikan dihadapkan pada keberagaman siswa baik dari sisi keyakinan beragama maupun keyakinan dalam satu agama. Lebih dari itu setiap siswa memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda-beda
b.        Karakteristik masyarakat madrasah yang seharusnya
Ajaran agama sebagai himpunan norma dan nilai sangat mudah didapatkan. Bertaburan dalam Kitab Suci dan buku-buku teks khotbah keagamaan yang menyajikan sederet dalil dan kalimat suci tentang nilai-nilai kebaikan.
Tetapi, jika yang hendak diraih adalah pembentukan dan pembinaan karakter, yang lebih fundamental adalah memindahkan dan menghidupkan teks normatif itu ke dalam ”teks” berupa perilaku, keteladanan, dan pembiasaan. Dari segi jumlah, berapa banyak bangsa ini memiliki doktor dalam bidang hukum dan perwira polisi, tetapi mengapa korupsi tetap tumbuh berkembang? Bagaimana menjadikan agama sebagai sumber dan pilar pembentukan karakter?  Dalam sebuah institusi pendidikan, akan lebih efektif kalau nilai-nilai keagamaan itu menjadi ”living values” yang menjadi roh dan norma dari kultur sekolah (school culture).
Konsep ini juga berlaku bagi institusi lain. Dalam program dimaksud, diperlukan ”task-force” yang bertindak sebagai ”coach” dalam jangka waktu tertentu sehingga terjadi proses pembiasaan. Pada awalnya memang perlu kerja keras,pantang menyerah. Namun, kalau sudah jadi sebuah kultur, siapa pun yang bergabung ke komunitas itu dipaksa untuk berubah, menyesuaikan diri,sehingga pada urutannya diharapkan menjadi karakter yang benar-benar tertanam dalam dirinya.
Pengalaman seperti itu bisa diamati dalam boarding-school atau pesantren yang mapan. Di sana terdapat kultur yang dijaga bersama-sama, dan ada figur panutan yang wibawa. Hal serupa juga ditemukan dalam lingkungan keluarga. Bagaimana kultur keluarga akan sangat berpengaruh terhadap kepribadian anak-anak yang tumbuh di dalamnya.[10]

F.            Metode penelitian
1.      Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada skripsi ini adalah jenis kualitatif yang termasuk penelitian lapangan ( Field research), jadi  peneliti menggunakan metode pendekatan (approach) baik individu/personal dan secara kelembagaan agar memperoleh hasil penelitian  yang diharapkan dan sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Penelitian kualitatif yang mempunyai landasan folosofis bahwa pengetahuan itu relatif, tidak tetap, tergantung pada orang yang mengerti dan ada latarnya. Pengetahuan itu kompleks, tidak dapat dikontrol secara penuh, oleh karena itu pendekatan riset kualitatif adalah holistik, deskriptif dan terbuka.[11] Jadi setiap tindakan riset yang dilakukan akan lebih bermakna dan dapat terlaksana dengan baik.
Selain itu pengamatan-pengamatan secara kontinyu  pada objek penelitian juga penulis lakukan, dimana pengamatan tersebut akan lebih bisa memudahkan peneliti dalam menganalisa keadaan dilapangan.
2.      Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari tempat dimana penulis melakukan penelitian. Yaitu Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Tempuran I, yang belokasi di Desa Tempuran, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung Jawa Tengah. Adapun objek yang diteliti adalah warga madrasah tersebut yaitu Kepala Madrasah, guru dan siswa secara keseluruhan dari kelas satu sampai kelas enam.
Untuk kelengkapan data mengenai objek penelitian yang diperoleh dari Kepala Madrasah yaitu Bapak Prayitno, A. Ma. Tempat penulis melakukan penelitian, maka perlu disampaikan Profil Madrasah yang digunakan sebagai objek penelitian tersebut.
Profil Madrasah :
1.         Nama Madrasah                      : MI Muhammadiyah Tempuran
2.         No Statistik Madrasah             : 212 332 306 015
3.         Akreditasi Madrasah               : B
4.         Alamat Lengkap Madrasah     : Jl. Kiai Resik no 1 Tempuran
                                                  Kaloran Temanggung
            Desa/Kecamatan           : Tempuran/Kaloran
            Kab./Kota                     : Temanggung
            Provinsi                         : Jawa Tengah
            No. Telp                        : -
5.         Nama Kepala Madrasah          : Prayitno, A. Ma
6.         Nama Yayasan                        : Muhammadiyah
7.         Alamat Yayasan                      : Jl. Dr. Sutomo No. 288
                                                  Temanggung
8.         No telp. Yayasan                     : (0293) 491431
9.         No. Akte Pendirian Yayasan  : 1453/1996 Tanggal 11 April 1996
Demikian, penulis mencoba melengkapi data objek agar dalam perkembangannya diperoleh informasi yang valid berkenaan dengan sumber data penelitian.
3.      Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah dengan cara :
a.       Observasi langsung.
Yaitu peneliti langsung mengamati dan mengalami subjek yang diteliti, terjun langsung dengan melihat, meraskan, dan mendengarkan dan berfikir tentang subjek yang diteliti, sehingga peneliti lahu langsung kondisi situasi nyata subjek yang diteliti. Kemudian dalam teknik ini peneliti juga menggunakan metode pelengkap yaitu, feelnotes, Jurnal Riset, anecdotal notes, checklist dan rating checklist.[12]
b.      Wawancara
Yaitu pembicaraan terencana yang dilakukan peneliti terhadap subjek yang diteliti, dengan pertanyaan lisan yang sudah disiapkan untuk mendapatkan data yang diinginkan.
Dalam wawancara kepada subjek peneliti menggunakan dua teknik yaitu interview individu atau personal dan interview kelompok.[13]
c.       Dokumentasi
Meliputi foto dan rekaman video yang digunakan untuk merekam data non verbal misalnya sikap, gaya, dan reaksi subjek terhadap pokok penelitian. Namun dengan teknik ini peneliti harus ekstra hati-hati demi menghindari overacting  dari pada subjek.[14]
Dengan  metode dan teknik pengumpulan data tersebut diharapkan akan membuahkan kesimpulan dari hasil penelitian yang maksimal dan dapat dipertanggung jawabkan.
4.      Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan  analisis deskriptif yang meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan yang diperoleh dari data tersebut.

G.           Sistematika pembahasan
Sistematika pembahasan penulisan skripsi yang penulis beri judul “RELIGIUSITAS KEHIDUPAN MADRASAH” (Studi Kualitatif Mengenai Guru dan Siswa Pada MI Muhammadiyah Tempuran Kaloran Temanggung Tahun 2012/2013) ini, tetap mengacu pada sistematika pembahasan yang ada tentunya dengan berbagai tambahan yang disesuaikan dengan kebutuhan dalam proses penggarapan penulisan hasil penelitian ini.
Walau masih jauh dari sempurna, namun pembahasan pada setiap materi dan hasil penelitian yang penulis lakukan semoga menjadi perhatian para pembaca terutama mereka yang peduli dengan pendidikan. Sebagai bahasan utama penulis mengedepankan sebuah teori yang berasal dari pemikiran penulis sendiri dengan melakukan kajian dari beberapa sumber sebagai referensi.
Namun pada dasarnya sistematika pembahasan penulisan skripsi ini masih berada pada tahapan yang jauh dari sistematika penelitian sesungguhnya karena teori ini hanya melatarbelakangi gagasan dari penulis. Selanjutnya di pembahasan pada bab II penulis membedakan antara Akhlak sebagai dasar kehidupan dan sikap sebagai tindak lanjut dari karakter manusia terutama di lingkungan madrasah Ibtidaiyah dalam kesatuan yang kami sebut sebagai religiusitas, dimana satu kesatuan tersebut nantinya akan membentuk karakter penduduk madrasah yang seharusnya terjadi.
Pada  bab IV penulis benar-benar memberikan gagasan khusus dari pemikiran penulis dan gagasan yang dikutip dari buku-buku referensi, setidaknya gagasan tersebut akan menjadi inspirasi bagi instansi pemangku pendidikan dasar terutama di Madrasah, karena melanjutkan pembahasan dari bab II mengenai teori dan keadaan riil di lingkungan madrasah termasuk masyarakat sekitarnya, dimana eksistensi madrasah tidak luput dari masyarakat disekitar madrasah tersebut.
Semoga di akhir pembahasan yang penulis anggap sebagai kesimpulan dari pembahasan ini menjadi pembelajaran bagi kalangan akademisi pendidikan dasar di Indonesia, terutama di Madrasah sebagai basis pendidikan Islam.




[1] Agus h Bashori, “Mendidik Anak Membimbing Istri Melayani Keluarga”, Al Umm, (vol II, Desember 2012), hlm. 9.
[2] Al Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama, 2011) hal.78
[3]JakaSiswanta, ”Evaluasi Implementasi KTSP berbasis pendidikan Karakter Sebaga iUpaya Pembinaan Kepribadian Siswa: Studi Pada Madrasah Ibtidaiyah sejawaTengah dan Daerah Istimewa Jogjakarta tahun2012”, Laporan penelitian (Salatiga:STAIN2012), hlm. 1
[4] Susamto, “Upaya Guru Agama Islam Dalam Meningkatkan Religiusitas Pada Siswa Kelas V MIN Patuk Kabupaten Gunungkidul Tahun Pelajaran 2008/2009.  Dalam  http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4410, diakses 7 Januari 2012.
[5] Falasifatul Fallah dan Ekka Nur Maesaroh, “Religiusitas dan Kecemasan Menghadapi UN pada siswa Madrasah Aliyah, dalam http://2centra.blogspot.com/pdf, diakses 7 Januari 2012.
[6] Najib Amrullah, “Religiusitas dan Kecerdasan Emosional dalam kaitanya dengan kinerja guru di MAN 2 Banjarmasin”,  dalam http://digilib.com/pdf, diakses 7 Januari 2012.
[7] WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), hlm. 731.
[8] Wahyuni Ismail, “Anailisis Komparatif Perbedaan Tingkat Siswa Di Lembaga pendidikan Pesantren, MAN dan SMUN”, dalam http://digilib.uin-suka.ac.id/id/pdf, diakses 7 Januari 2012.
[9] Jalaluddin Rahmat, "Penelitian Agama", dalam Taufiq Abdullah dan Rusli Karim (ed), Penelitian Agama : Sebuah Pengantar.  (Yogyakarta : Tiara Wacana, 1989)
[10]Komarudin Hidayat, “Religiusitas dan pembentukan karakter”,  dalam: http://www.uinjkt.ac.id/index.php/category-table/1952-religiusitas-dan-pembentukan-karakter.html, diakses tanggal 1 Februari 2013.
[11]S chwalbach,  dalam Achmad Hufad,  Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Dirjen PAIS Depag, 2009), Hal. 90.

[12] Mils, dalam Achmad Hufad,  Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Dirjen PAIS Depag, 2009), Hal. 90.
[13]  Achmad Hufad,  Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Dirjen PAIS Depag, 2009), Hal. 90.
[14] Ibid, Hal. 97

0 comments:

Posting Komentar

Berita

Menggandeng pengrus FTBM Kabupaten rumah literasi Kampung dongeng mengadakan safari literasi

  Temanggung. Forum taman bacaan masyarakat (FTBM) Kab. Temanggung yang berpusat di rumah literasi kampung dongeng binaan rumah zakat menga...