"PROPOSAL SKRIPSI"
Judul : “RELIGIUSITAS KEHIDUPAN MADRASAH”
(Studi
Kualitatif Mengenai Guru Dan Siswa Pada MI Muhammadiyah Tempuran Kaloran
Temanggung Tahun 2012/2013)
Penulis : Muhammad Lukman
NIM : 093911390
Fakultas : Tarbiyah
Fakultas : Tarbiyah
Prodi : PGMI
IAIN Walisongo Semarang
IAIN Walisongo Semarang
A.
Latar Balakang
Madrasah merupakan lembaga yang memotori sebuah pendidikan berbasis agama,
dimana output yang diharapkan dari madrasah adalah manusia yang berkarakter
tinggi mengenai perilaku positif yang berdasar pada morma-norma agama. Peran madrasah
terutama bagi masa saat ini dimana informasi berhak didapatkan oleh semua orang
tanpa memandang siapa yang menerima akan penting, dimana benteng dari
negatifnya adalah Agama. Maka disinilah letak pentingnya pendidikan di madrasah.
Bermula dari hal tesebut maka sejak awal setiap individu siswa harus disetting agar bisa memperoleh
input madrasah yang diharapkan, setidaknya pribadi tersebut mampu memilih mana
yang harus diperbuat dan mana yang mesti ditinggalkan. Namun yang sering
menjadi permasalahan adalah proses untuk
mencapai hal tersebut sering diabaikan sehingga pribadi yang pernah
mengenyam pendidikan di madrasah tetap sama dengan yang mengenyam pendidikan di
sekolah umum.
Pendidikan agama Islam merupakan salah satu pendidikan
yang diajarkan di sekolah. Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan
ketaqwaan siswa terhadap Allah SWT, yang artinya menghayati dan mengamalkan
ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari dengan baik, di sisi lain pendidikan
Islam mempunyai tujuan yang sejalan dengan misi Islam yaitu mempertinggi
nilai-nilai akhlak, sehingga mencapai tingkat akhlakul karimah. Dan sebagai
faktor kunci dalam menentukan keberhasilan pendidikan yang menurut pandangan
Islam berfungsi menyiapkan manusia-manusia yang mampu menata kehidupan baik di
dunia maupun di akhirat.
Dalam hal keagamaan,
orang tua juga mempunyai peranan yang sangat penting, bukan hanya sebagai
pendidik dan pembimbing saja, tetapi juga sebagai pembina kesiapan anak dalam
melaksanakan ajaran-ajaran Islam, oleh karena itu orang tua harus mampu menjadi
tauladan bagi putra-putrinya. Menurut Zakiyah Daradjat, bahwa pembentukan
sikap, pembinaan moral dan pribadi pada umumnya, terjadi melalui pengalaman
sejak kecil. Pendidik atau pembina pertama adalah orang tua, kemudian guru.
Semua pengalaman yang dilalui oleh anak waktu kecilnya, akan merupakan unsur
penting dalam pribadinya. Sebagaimana kata Ibnu Umar “Bimbinglah putramu karena engkau bertanggung jawab tentang putramu, adab apa yang engkau tanamkan kepadanya dan
ilmu apa yang engkau ajarkan kepadanya”.[1]
Dalam AlQur’an Surat An Nisa’ ayat 9,
Allah telah menjelaskan dengan jelas yang artinya, “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka keturunan yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka berakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”[2]
Oleh karena itu,
sangatlah penting bagi orang tua, (dalam hal ini guru juga termasuk orang tua)
dalam memberikan pengetahuan agama sebagai pembinaan kesiapan anak dalam
melaksanakan ajaran Islam, melalui aktivitas keagamaan yang tercermin dalam
keluarga, karena semua ini akan lebih mudah bagi untuk lebih mengerti, memahami
serta menirunya. Di mana dengan aktivitas keagamaan itu dapat memberikan
tauladan yang nyata bagi anak, dan ketauladanan orang tua yang tercemin dalam
keluarga dan kehidupan sehari-hari lebih baik dari pada sekedar pemberian
informasi dalam penanaman nilai-nilai keagamaan.
Kehidupan madrasah yang mestinya sebagai cermin sebuah lingkup masyarakat
harus mampu menunjukkan kualitas yang baik. Dimana setiap perilaku dan tata
krama siswa kepada siswa, siswa kepada guru dan bahkan guru kepada siswa harus
lebih Islami agar interaksi antar komponen
tersebut benar-benar erat menurut morma Islam. Disinilah maka religiusitas pada
madrasah perlu dipertanyakan, apakah madrasah tersebut benar-benar mampu
mendidik peserta didik dengan baik atau sekedar mengajar seingga transfer ilmu
yang terjadi adalah semu belaka karena tidak ada bekas.
Di madrasah sebenarnya memberi tauladan bagi anak didik agar selalu
bersikap Islami saat berada disekolah akan membawa dampak selanjutnya bila
mereka telah berada dilingkungan rumah bersama orang tua. Tapi hal tersebut
dirasa sulit dilakukan sebab berbagai masalah klasik yang menimpa peradaban
ini, misalnya bila disebuah sekolah diberlakukan budaya berjabat tangan hanya
kepada sesama jenis saja akan terasa ketinggalan jaman, padahal akan banyak
manfaat yang dapat diperoleh bila prilaku ini dapat diaplikasikan setiap hari,
misalkan pendidikan tentang batasan-batasan yang harus di jaga dan dampaknya
negatifnya bila batasan tersebut diabaikan.
Kemudian bila berbicara tentang masalah ini pendidikan “Uswatun Khasanah” yang diterapkan oleh Rosulullah pada masa
awal Islam memang sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Maka Guru disini
memainkan peran penting, dimana cerminan guru ada pada muridnya, sebagaimana
sifat alami seorang anak yang cenderung mengidolakan sosok guru. Nasehat yang
guru berikan disekolah lebih diperhatikan oleh anak dibandingkan dengan nasehat
orang tua dirumah. Maka obyek penelitian ini bukan hanya dilakukan pada peserta
didik namun juga pada pendidik.
Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan Nasional juga telah memberikan
rambu-rambu mengenai religiusitas, yaitu dengan digalakkanya pendidikan
karakter yang tertuang dalam setiap pembelajaran dimana Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) harus dilengkapi dengan karakter yang diharapkan pada materi
yang akan disampaikan. Kecuali itu melalui peringatan hari pendidian Nasional
tahun 2011 Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono telah mencanangkan gerakan Nasional Membangun
Karakter Bangsa. Jadi Religiusitas adalah sangat penting kaitanya dengan
karakter setiap individu[3].
Dipilihnya MI Muhammadiyah
Tempuran, Kaloran, Temanggung sebagai obyek penelitian dikarenakan sekolah
tersebut merupakan salah satu sekolah berbasis Pendidikan Islam di bawah
naungan Departeman Agama. Sebagai sekolah berbasis Pendidikan Islam, siswa
dibekali ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai Pendidikan Islam itu sendiri,
diantaranya mengenai pendidikan akhlak. MI Muhammadiyah Tempuran, Kaloran,
Temanggung merupakan salah satu sekolah yang lebih menekankan pada kurikulum
agama dibanding kurikulum pendidikan umum. Salah satu mata pelajaran yang
diajarkan adalah akidah akhlak yang dapat menentukan orientasi yang benar
kepada siswa yaitu dalam bertingkah laku dan mendorong mereka untuk berbuat
kebajikan serta sebagai pembatas agar mereka tidak melakukan
penyimpangan-penyimpangan di bidang akhlak dan moral. Bertitik tolak dari
uraian di atas peneliti berusaha untuk mengadakan penelitian lebih jauh tentang
: penelitian “Religiusitas
Kehidupan Madrasah” Studi kualitatif mengenai guru dan siswa pada MI
Muhammadiyah Tempuran Kaloran Temanggung tahun 2012/2013
B.
Rumusan Masalah
Pada penelitian “Religiusitas Kehidupan Madrasah” Studi kualitatif
mengenai guru dan siswa pada
MI Muhammadiyah Tempuran Kaloran Temanggung tahun
2012/2013 ini akan menekankan pada :
1.
Bagaimanakah pemahaman guru terhadap prilaku religius pada
kehidupan di MI Muhammadiyah Tempuran Kaloran Temanggung Tahun 2012/2013?
2.
Bagaimanakah tindakan guru dalam mempersiapkan siswa menuju
religiusitas kehidupan di MI Muhammadiyah Tempuran Kaloran Temanggung tahun
2012/2013?
3.
Bagaimanakah pengembangan strategi pembelajaran tentang kehidupan yang religius di MI Muhammadiyah
Tempuran Kaloran Temanggung tahun 2012/2013?
4.
Bagaimanakah kontrol guru terhadap siswa untuk
mempertahankan religiusitas kehidupan di MI Muhammadiyah Tempuran Kaloran
Temanggung tahun 2012/2013?
C.
Tujuan dan Manfaat
Penelitian
1.
Tujuan
Penilitian skripsi ini bertujuan untuk :
a.
Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman guru akan pentingnya
prilaku baik dan religius di lingkungan Madrasah.
b.
Untuk mengetahui
bagaimana tindakan guru dalam
mempersiapkan siswa menuju religiusitas kehidupan di Madrasah maupun di luar
Madrasah.
c.
Untuk mengetahui cara guru dalam mengembangkan strategi
pembelajaran tentang hidup yang religius pada siswa
di MI Muhammadiyah Tempuran Kaloran Temanggung.
d.
Untuk mengetahui sejauh mana kontrol guru terhadap siswa
dalam mempertahankan religiusitas kehidupan di MI Muhammadiyah Tempuran Kaloran
Temanggung.
2.
Manfaat
Adapun manfaat
penulisan skripsi ini adalah :
a. Teoritis
Penelitian
tentang religiusitas kehidupan di madrasah ini diharapkan mampu membawa dan
menambah hal positif pada khasanah
keilmuan, sehingga dampaknya dapat menjadi inspirasi bagi para akademisi untuk mengembangkan
metode pembelajaran yang lebih baik di Madrasah Ibtidaiyah ,dan sekolah dasar.
b. Praktis
1.
Bagi Guru
Sebagai
sarana belajar bagi guru untuk lebih memahami arti dari pendidikan karakter yang
sedang dicanangkan oleh pemerintah, sebagai salah satu tindakan yang religius agar
interaksi antara guru dan siswa mengenai pendidikan prilaku dapat terjalin
karena adanya pengawasan dari pribadi masing-masing yang telah menganggap bahwa
kehidupan yang agamis, sesuai dengan ketentuan dan perintah Allah adalah hal
yang indah bila dilaksanakan.
2.
Bagi Siswa
Siswa
lebih mudah dalam belajar dan dibimbing, karena guru juga melakukan apa yang
diajarkan kepada siswanya, sebagaimana sifat alami yang dimiliki seorang anak
yaitu kecenderungan untuk meniru. Bila yang sering dilihat adalah perilaku
positif maka anak akan menirunya.
3.
Bagi Orangtua
Dengan
adanya penelitian ini diharapkan orang tua dapat mengetahui sampai dimana
tingkat keberhasilan guru mendidik putra-putrinya dan juga sebagai tolok ukur
pendidikan yang berorientasi pada akhlak. Orang tua akan lebih merasa dihormati
oleh anak mereka karena unggah ungguh dan prilaku siswa dapat berjalan seperti
yang diinginkan. Selain itu tinggkat kepercayaan terhadap lembaga dalam hal ini
sekolah, semakin meningkat.
D.
Kajian Pustaka
Berbagai riset sebelumnya telah mengemukakan bahwa religiusitas
dilingkungan madrasah memang masih perlu dikaji. Susamto dalam Skripsinya yang
berjudul : Upaya Guru Agama Islam Dalam Meningkatkan Religiusitas Pada Siswa
Kelas V MIN Patuk Kabupaten Gunungkidul Tahun Pelajaran 2008/2009, menghasilkan
temuan bahwa, Pembiasaan kehidupan akan menciptakan suatu kesadaran dan
pengertian betapa pentingnya menghargai waktu dan kesempatan. Hasil dari
tingkat religius dapat dilihat dari semangat dan kesungguhan siswa di dalam
memperhatikan pelajaran dan pendidikannya serta kesadaran dan keaktifan mereka
dalam menjalankan aktivitas kesehariannya.[4]
Sementara itu Falasifatul Fallah dan Ekka Nur Maesaroh dalam penelitianya
yang berjudul Religiusitas dan Kecemasan Menghadapi UN pada siswa Madrasah
Aliyah, menemukan fakta bahwa adanya hubungan negatif yang sangat signifikan
antara kecemasan menghadapi UN dengan religiusitas, makin tinggi religiusitas
makin rendah kecemasan menghadapi UN, begitu juga sebaliknya, makin rendah religiusitas,
maka makin tinggi pula kecemasan menghadapi UN.[5]
Penelitian lain yang dilakukan oleh Najib Amrullah dalam Tesisnya yang
berjudul : Religiusitas dan Kecerdasan Emosional dalam kaitanya dengan kinerja
guru di MAN 2 Banjarmasin. Diperoleh kesimpulan bahwa ada pengaruh religiusitas
terhadap kecerdasan emosional terhadap kinerja guru MAN 2 Banjarmasin.[6]
Selain itu penelitian tentang Analisis Komparatif Perbedaan Tingkat
Religiusitas Siswa di lembaga Pendidikan Pesantren, MAN dan SMUN. yang dilakukan
oleh wahyuni Ismail dalam Skripsinya menghasilkan kesimpulan bahwa, ditemukan adanya
perbedaan yang signifikan antara tingkat religius siswa yang belajar di
Pesantren, MAN, dan SMUN. Siswa yang belajar di lembaga pendidikan pesantren
memiliki tingkat religiusitas yang tinggi dibandingkan dengan siswa yang
belajar di Nadrasah Aliyah Negeri dan Sekolah Menengah Umum Negeri. Tingkat
religiusitas siswa yang belajar di pesantrean, MAN dan SMUN didominasi oleh
dimensi pengalaman.
Berbagai penelitian yang disebutkan di atas telah membuktikan bahwa
religiusitas sangat mempengaruhi berbagai macam perilaku, terlebih pada
kehidupan masyarakat di Madrasah. Sehingga perlu adanya tindak lanjut untuk
mengembangkan cara hidup religius dan pembahasan mengenai masalah ini.
Selanjutnya penelitian mengenai
“Religiusitas Kehidupan Madrasah” Studi kualitatif mengenai guru dan siswa pada
MI Muhammadiyah Tempuran Kaloran Temanggung tahun 2012/2013 ini bermaksud untuk
menggali lebih dalam tentang temuan penelitian di atas serta sebagai kajian atas
religiusitas sebagai sarana membentengi diri dari hal negatif dan perilaku
menyimpang lainnya.
E.
Kerangka Teoritik
1.
Pemahaman dan pengertian
religius
Istilah
religi, berasal dari bahasa latin; religio, bahasa Inggris; religion, bahasa
Arab; aldiin atau agama. Religiusitas yaitu kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan
kepercayaan itu.[7] Religiusitas yang matang merupakan faktor yang
menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta didik. Secara
substansi religiusitas memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada
siswa untuk mempraktekkan nilai-nilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan akhlakul
karimah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu dengan religiusitas yang
cukup pada diri anak akan dapat membentuk kreativitas khususnya pada siswa MI Muhammadiyah Tempuran
Kaloran Temanggung tahun 2012/2013.
a.
Konsep religius
Manusia
merupakan makhluk holistik, artinya berfungsi sebagai makhlukindividual, social
dan religi. Artinya manusia telah memiliki bibit religiusitas dalamalam
ruhaniahnya. Seadangkan arti Religiusitas adalah suatu system yang kompleksdari
kepercayaan sikap-sikap dan upacara-upacara yang menghubungkan individudengan satu
keberadaan atau makhlukyang bersifat ketuhanan.Menurut Glock dan Stark, ada 5
dimensi religiusitas (keagamaan) yaitu:
1) Dimensi keyakinan (the ideological dimension)
2) Dimensi praktik agama (the ritualistic
dimension)
Terdiri
atas dua kelas penting, yaitu:
a)
Ritual, mengacu
kepada seperangkat ritus, tindakan keagamaan formal dan praktik-praktik suci
yang semua mengharapkan para pemeluk melaksanakannya.
b)
Ketaatan,
apabila aspek ritual dari komitmen sangat formal dan khas publik, semua agama
yang dikenal juga mempunyai seperangkat tindakan persembahan dan kontemplasi
personal yang relatif spontan, informal dan khas pribadi.
3)
Dimensi
pengalaman (the
experiencal dimension)
4)
Dimensi
pengetahuan agama (the intellectual dimension)
Pendapat itu sesuai dengan
lima aspek dalam pelaksanaan ajaran agama Islam tentang aspek-aspek
religiusitas yaitu aspek Iman sejajar dengan religious belief; aspek Islam sejajar dengan religious practice; aspek Ihsan sejajar dengan religious feeling; aspek Ilmu sejajar dengan religious knowledge; dan aspek Amal sejajar dengan religious effect.
b.
Unsur-unsur religius
Menurut
Jalaluddin Rahmat, keberagamaan seseorang terdiri dari lima aspek, yaitu :
Adalah
seperangkat kepercayaan (belief) yang memberikan premis aksistensial.
adalah aspek pelaksanaan ritual/ibadah suatu agama.
adalah bersifat afektif : keterlibatan emosional dan
sentimental pada pelaksanaan ajaran agama, yang membawa pada religious feeling.
adalah pengetahuan agama : seberapa jauh tingkat melek agama
pengikut agama yang bersangkutan, tingkat ketertarikan penganut agama untuk
mempelajari agamanya.
disebut juga aspek sosial. Aspek ini merupakan implementasi
sosial dari pelaksanaan ajaran agama sehingga dapat menjelaskan efek ajaran
agama terhadap etos kerja, kepedulian, persaudaraan, dan lain sebagainya.
Dua aspek yang pertama tersebut,
menurut Rahmat merupakan aspek kognitif keagamaan. Dua yang terakhir merupakan
aspek behavioral, dan yang lainnya merupakan aspek afektif keberagaman.[9]
2.
Tindakan masyarakat madrasah (guru dan siswa)
Budaya religius sekolah pada hakekatnya adalah terwujudnya nilai-nilai ajaran agama
sebagai tradisi dalam berperilaku dan budaya organisasi yang diikuti oleh seluruh warga sekolah.
Dengan menjadikan agama sebagai tradisi
dalam sekolah maka secara sadar maupun tidak ketika warga sekolah mengikuti tradisi yang telah
tertanam tersebut sebenarnya
warga sekolah sudah melakukan ajaran agama.
Oleh karena
itu, untuk membudayakan nilai-nilai keberagamaan
(religiusitas) dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
(religiusitas) dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
a.
Melalui kebijakan pimpinan sekolah.
b.
Majlis taklim untuk para guru
c.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
di kelas.
d.
Kegiatan ekstrakurikuler di luar kelas.
e.
Tradisi dan perilaku warga sekolah
kontinyu dan konsisten.
Sehingga dengan hal tersebut akan tercipta
religiusitas perilaku siswa dalam lingkungan sekolah.
3.
Implementasi religius terhadap kemajuan madrasah
a.
Pengaruh prilaku religius di madrasah
Saat
ini, usaha penanaman nilai-nilai religius dalam rangka mewujudkan religiusitas perilaku siswa di
sekolah dihadapkan padaberbaga itantangan baik secara internal maupun
eksternal. Secara internal, pendidikan dihadapkan pada keberagaman siswa baik dari sisi keyakinan
beragama maupun keyakinan dalam satu agama.
Lebih dari itu setiap siswa memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda-beda
b.
Karakteristik masyarakat madrasah yang seharusnya
Ajaran
agama sebagai himpunan norma dan nilai sangat mudah didapatkan. Bertaburan
dalam Kitab Suci dan buku-buku teks khotbah keagamaan yang menyajikan sederet dalil
dan kalimat suci tentang nilai-nilai kebaikan.
Tetapi,
jika yang hendak diraih adalah pembentukan dan pembinaan karakter, yang lebih
fundamental adalah memindahkan dan menghidupkan teks normatif itu ke dalam
”teks” berupa perilaku, keteladanan, dan pembiasaan. Dari segi jumlah, berapa banyak
bangsa ini memiliki doktor dalam bidang hukum dan perwira polisi, tetapi
mengapa korupsi tetap tumbuh berkembang? Bagaimana menjadikan
agama sebagai sumber dan pilar pembentukan karakter? Dalam sebuah institusi pendidikan, akan lebih
efektif kalau nilai-nilai keagamaan itu menjadi ”living values” yang menjadi
roh dan norma dari kultur sekolah (school culture).
Konsep
ini juga berlaku bagi institusi lain. Dalam program dimaksud, diperlukan ”task-force” yang bertindak sebagai
”coach” dalam jangka waktu tertentu sehingga terjadi proses pembiasaan. Pada
awalnya memang perlu kerja keras,pantang menyerah. Namun, kalau sudah jadi
sebuah kultur, siapa pun yang bergabung ke komunitas itu dipaksa untuk berubah,
menyesuaikan diri,sehingga pada urutannya diharapkan menjadi karakter yang benar-benar
tertanam dalam dirinya.
Pengalaman
seperti itu bisa diamati dalam boarding-school atau pesantren yang
mapan. Di sana terdapat kultur yang dijaga bersama-sama, dan ada figur panutan
yang wibawa. Hal serupa juga ditemukan dalam lingkungan keluarga. Bagaimana
kultur keluarga akan sangat berpengaruh terhadap kepribadian anak-anak yang
tumbuh di dalamnya.[10]
F.
Metode penelitian
1. Jenis
Penelitian
Penelitian
yang dilakukan oleh peneliti pada skripsi ini adalah jenis kualitatif yang
termasuk penelitian lapangan ( Field
research), jadi peneliti menggunakan
metode pendekatan (approach) baik
individu/personal dan secara kelembagaan agar memperoleh hasil penelitian yang diharapkan dan sesuai dengan kaidah yang
berlaku.
Penelitian
kualitatif yang mempunyai landasan folosofis bahwa pengetahuan itu relatif,
tidak tetap, tergantung pada orang yang mengerti dan ada latarnya. Pengetahuan
itu kompleks, tidak dapat dikontrol secara penuh, oleh karena itu pendekatan
riset kualitatif adalah holistik, deskriptif dan terbuka.[11] Jadi setiap tindakan
riset yang dilakukan akan lebih bermakna dan dapat terlaksana dengan baik.
Selain
itu pengamatan-pengamatan secara kontinyu
pada objek penelitian juga penulis lakukan, dimana pengamatan tersebut
akan lebih bisa memudahkan peneliti dalam menganalisa keadaan dilapangan.
2. Sumber
Data
Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari tempat dimana penulis
melakukan penelitian. Yaitu Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Tempuran I,
yang belokasi di Desa Tempuran, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung Jawa
Tengah. Adapun objek yang diteliti adalah warga madrasah tersebut yaitu Kepala
Madrasah, guru dan siswa secara keseluruhan dari kelas satu sampai kelas enam.
Untuk kelengkapan data
mengenai objek penelitian yang diperoleh dari Kepala Madrasah yaitu Bapak
Prayitno, A. Ma. Tempat penulis melakukan penelitian, maka perlu disampaikan
Profil Madrasah yang digunakan sebagai objek penelitian tersebut.
Profil Madrasah :
1.
Nama Madrasah : MI
Muhammadiyah Tempuran
2.
No Statistik Madrasah :
212 332 306 015
3.
Akreditasi Madrasah :
B
4.
Alamat Lengkap Madrasah : Jl. Kiai Resik no 1 Tempuran
Kaloran Temanggung
Desa/Kecamatan :
Tempuran/Kaloran
Kab./Kota :
Temanggung
Provinsi :
Jawa Tengah
No. Telp :
-
5.
Nama Kepala Madrasah : Prayitno, A. Ma
6.
Nama Yayasan :
Muhammadiyah
7.
Alamat Yayasan : Jl. Dr.
Sutomo No. 288
Temanggung
8.
No telp. Yayasan : (0293)
491431
9.
No. Akte Pendirian Yayasan : 1453/1996 Tanggal 11 April 1996
Demikian,
penulis mencoba melengkapi data objek agar dalam perkembangannya diperoleh
informasi yang valid berkenaan dengan sumber data penelitian.
3.
Teknik Pengumpulan
Data
Teknik pengumpulan data yang peneliti
gunakan adalah dengan cara :
a.
Observasi langsung.
Yaitu peneliti
langsung mengamati dan mengalami subjek yang diteliti, terjun langsung dengan
melihat, meraskan, dan mendengarkan dan berfikir tentang subjek yang diteliti,
sehingga peneliti lahu langsung kondisi situasi nyata subjek yang diteliti.
Kemudian dalam teknik ini peneliti juga menggunakan metode pelengkap yaitu, feelnotes, Jurnal Riset, anecdotal notes,
checklist dan rating checklist.[12]
b.
Wawancara
Yaitu pembicaraan
terencana yang dilakukan peneliti terhadap subjek yang diteliti, dengan
pertanyaan lisan yang sudah disiapkan untuk mendapatkan data yang diinginkan.
Dalam wawancara
kepada subjek peneliti menggunakan dua teknik yaitu interview individu atau
personal dan interview kelompok.[13]
c.
Dokumentasi
Meliputi foto dan
rekaman video yang digunakan untuk merekam data non verbal misalnya sikap,
gaya, dan reaksi subjek terhadap pokok penelitian. Namun dengan teknik ini
peneliti harus ekstra hati-hati demi menghindari overacting dari pada subjek.[14]
Dengan
metode dan teknik pengumpulan data tersebut diharapkan akan membuahkan
kesimpulan dari hasil penelitian yang maksimal dan dapat dipertanggung
jawabkan.
4.
Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan analisis deskriptif yang
meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan yang diperoleh
dari data tersebut.
G.
Sistematika pembahasan
Sistematika
pembahasan penulisan skripsi yang penulis beri judul “RELIGIUSITAS KEHIDUPAN
MADRASAH” (Studi Kualitatif Mengenai Guru dan Siswa Pada MI Muhammadiyah
Tempuran Kaloran Temanggung Tahun 2012/2013) ini, tetap mengacu pada
sistematika pembahasan yang ada tentunya dengan berbagai tambahan yang
disesuaikan dengan kebutuhan dalam proses penggarapan penulisan hasil
penelitian ini.
Walau
masih jauh dari sempurna, namun pembahasan pada setiap materi dan hasil
penelitian yang penulis lakukan semoga menjadi perhatian para pembaca terutama
mereka yang peduli dengan pendidikan. Sebagai bahasan utama penulis
mengedepankan sebuah teori yang berasal dari pemikiran penulis sendiri dengan
melakukan kajian dari beberapa sumber sebagai referensi.
Namun
pada dasarnya sistematika pembahasan penulisan skripsi ini masih berada pada
tahapan yang jauh dari sistematika penelitian sesungguhnya karena teori ini
hanya melatarbelakangi gagasan dari penulis. Selanjutnya di pembahasan pada bab
II penulis membedakan antara Akhlak sebagai dasar kehidupan dan sikap sebagai
tindak lanjut dari karakter manusia terutama di lingkungan madrasah Ibtidaiyah
dalam kesatuan yang kami sebut sebagai religiusitas, dimana satu kesatuan
tersebut nantinya akan membentuk karakter penduduk madrasah yang seharusnya
terjadi.
Pada
bab IV penulis benar-benar memberikan
gagasan khusus dari pemikiran penulis dan gagasan yang dikutip dari buku-buku
referensi, setidaknya gagasan tersebut akan menjadi inspirasi bagi instansi
pemangku pendidikan dasar terutama di Madrasah, karena melanjutkan pembahasan
dari bab II mengenai teori dan keadaan riil di lingkungan madrasah termasuk
masyarakat sekitarnya, dimana eksistensi madrasah tidak luput dari masyarakat
disekitar madrasah tersebut.
Semoga
di akhir pembahasan yang penulis anggap sebagai kesimpulan dari pembahasan ini
menjadi pembelajaran bagi kalangan akademisi pendidikan dasar di Indonesia,
terutama di Madrasah sebagai basis pendidikan Islam.
[1] Agus h Bashori, “Mendidik
Anak Membimbing Istri Melayani Keluarga”, Al
Umm, (vol II, Desember 2012), hlm. 9.
[3]JakaSiswanta, ”Evaluasi Implementasi KTSP berbasis pendidikan Karakter Sebaga iUpaya Pembinaan Kepribadian Siswa: Studi Pada Madrasah Ibtidaiyah sejawaTengah dan Daerah Istimewa Jogjakarta tahun2012”,
Laporan
penelitian
(Salatiga:STAIN2012), hlm. 1
[4] Susamto, “Upaya Guru Agama Islam
Dalam Meningkatkan Religiusitas Pada Siswa Kelas V MIN Patuk Kabupaten
Gunungkidul Tahun Pelajaran 2008/2009”. Dalam http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4410, diakses 7 Januari 2012.
[5]
Falasifatul Fallah dan Ekka Nur Maesaroh, “Religiusitas
dan Kecemasan Menghadapi UN pada siswa Madrasah Aliyah, dalam http://2centra.blogspot.com/pdf,
diakses 7 Januari
2012.
[6] Najib Amrullah, “Religiusitas dan Kecerdasan Emosional dalam kaitanya
dengan kinerja guru di MAN 2 Banjarmasin”, dalam http://digilib.com/pdf, diakses 7 Januari
2012.
[8] Wahyuni
Ismail, “Anailisis Komparatif Perbedaan Tingkat Siswa Di Lembaga pendidikan
Pesantren, MAN dan SMUN”, dalam http://digilib.uin-suka.ac.id/id/pdf, diakses 7 Januari 2012.
[9] Jalaluddin Rahmat, "Penelitian Agama", dalam Taufiq
Abdullah dan Rusli Karim (ed), Penelitian Agama : Sebuah Pengantar.
(Yogyakarta : Tiara Wacana, 1989)
[10]Komarudin
Hidayat, “Religiusitas dan pembentukan karakter”, dalam: http://www.uinjkt.ac.id/index.php/category-table/1952-religiusitas-dan-pembentukan-karakter.html, diakses
tanggal 1 Februari 2013.
[11]S chwalbach, dalam Achmad Hufad,
Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:
Dirjen PAIS Depag, 2009), Hal.
90.
[12] Mils, dalam Achmad Hufad, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Dirjen PAIS Depag, 2009), Hal. 90.
[13] Achmad Hufad, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Dirjen
PAIS Depag, 2009), Hal. 90.
[14] Ibid, Hal. 97
0 comments:
Posting Komentar